CRITICAL BOOK REPORT
“PSIKOLOGI PENDIDIKAN”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
RAFAEL LISINIUS GINTING,S.Pd.,M.Pd
Oleh :
Reinhold Mesner Naro Sirait
5162311007
Ekstensi-D 2016
FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
ucapakan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas perkuliahan saya ini yaitu “critical book” pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Terlepas
dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini.
Akhir kata saya berharap
semoga critical book ini sesuai dengan apa yang diharapkan, dan dapat juga
menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.
Medan, 27 April 2017
Reinhold Mesner
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................…………………................... i
Daftar Isi..........................................................................................………………..................... ii
LAMPIRAN/IDENTITAS BUKU............................................................................................... 1
BAB I: PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang.......................................................................................…............….................... 2
1.2.Tujuan..............................................................................................................................…........... 3
1.3.Manfaat........................................................................................................................................... 3
BAB II:ISI BUKU
2.1.Ringkasan
buku.............................................................................................………………….... 4
o
Bab
1:Latar Belakang Pentingnya Psikologi dalam Pendidikan..................……..... 4
o
Bab
2:Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan................................... 6
o
Bab
3:Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia..........................................……........... 8
o
Bab
4:Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja................................... 12
o
Bab
5: Belajar dan Permasalahannya......................................................…….......... 13
o
Bab
6 :Teori – teori Belajar dalam Pendidikan Peserta Didik................................. 14
o
Bab
7 :Interaksi Belajar Mengajar dan Permasalahannya...................................... 15
o
Bab
8 : Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan...............…........... 15
o
Bab
9 : Mengajar dan Belajar yang Efektif dan Permasalahannya............…........ 17
o
Bab
10 : Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar..........................................…..... 18
BAB III: PEMBAHASAN
3.1.Keunggulan
dan kelemahan buku utama................................................................................. 19
3.2.Keunggulan
dan kelemahan buku pembanding....................................................................... 21
BAB IV: PENUTUP
4.1.Kesimpulan........................................................................…...........…...........................…........ 22
4.2.Saran............................................................................................................................................ 23
Judul Buku :
Psikologi Dalam Pendidikan
Penulis : Dr. Abdul
Hadis, M.Pd
Penerbit :
Alfabeta
Tebal buku : 94
halaman
Penulis :
Muhibbin Syah
Penerbit :
Remaja Rosdakarya ( Bandung )
Tebal Buku : 267
Halaman
ISBN : 979-514-672-6
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal
dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan
pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang ber arti
jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Adapun mengenai pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mende wasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan pengertian psikologi pendidikan menurut Alice Crow yaitu study tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip prinsip ilmiah tenta ng reaksi manusia yang mempengaruhi belajar dan mengajar.
Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang sebaik-baiknya. Jadi seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam prosses pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki – kalau tidak menguasai – pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan pengajaran. Karena psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada metode-metode ilmiah untuk mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu terapan atau applied science.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Adapun mengenai pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mende wasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan pengertian psikologi pendidikan menurut Alice Crow yaitu study tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip prinsip ilmiah tenta ng reaksi manusia yang mempengaruhi belajar dan mengajar.
Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang sebaik-baiknya. Jadi seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam prosses pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki – kalau tidak menguasai – pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan pengajaran. Karena psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada metode-metode ilmiah untuk mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu terapan atau applied science.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
1.2.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan critical book ini yaitu :
1.
Mengetahui
kelebiahan buku dan kelemahan buku
2.
Menyelesaikan
salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan
3.
Mengetahui
apa itupsikologi pendidikan
1.3.
MANFAAT
Adapun manfaat dari pembuatan critical book ini adalah
agar siswa mampu dan paham untuk membuat resensi dari suatu buku, mencari
kelemahan dan kelebihan buku, juga mempelajari tentang psikologi pendidikan.
BAB II
ISI BUKU
2.1.
RINGKASAN
BUKU YANG DI REVIEW
BAB 1 : LATAR BELAKANG PENTINGNYA
PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN.
Psikologi
sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik
institusi pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi
sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai prndidik, pengajar,
pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif,
afektif, dan psilomotorik peserta secara integral. Pemahaman ini menjadikan
guru memiliki sikap, sifat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik,
sehingga pembelajaran di kelas dan di luar kelas berjalan lancar.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, sifat, minat, motivasi, perhatian, perpesi, daya pikir, untelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang memiliki perbedaan antara satu siswa dengan siswa lain. Dalam proses pembelajaran di keas, guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dan hal ini mengakibatkan peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang di ajarkan oleh guru.
Abimanyu mengemukakan bahwa peranan psikologi bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah – masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor – faktor menusia dalam proses belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah – maslah berikut ini ;
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, sifat, minat, motivasi, perhatian, perpesi, daya pikir, untelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang memiliki perbedaan antara satu siswa dengan siswa lain. Dalam proses pembelajaran di keas, guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dan hal ini mengakibatkan peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang di ajarkan oleh guru.
Abimanyu mengemukakan bahwa peranan psikologi bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah – masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor – faktor menusia dalam proses belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah – maslah berikut ini ;
1. Perubahan
yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan.
2. Pengaruh
pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3. Teori
dan proses belajar.
4. Hubungan
antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan
hasil pendidikan formal dengan
pendidikan informal atas diri individu.
6. Pengaruh
kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Pengaruh
interaksi antara guru dan murid serta murid dengan murid.
a. Kontribusi
Psiokologi Pendidikan Kepada Calon Guru dan Guru
Mempelajari
psikologi, para guru diharapkan dapat melakukan proses pendidikan di kelas dengn optimal, karena para guru
diharapkan dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan prinsip – prinsip
pembelajaran dan pendidikan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik, perkembangan peserta didik, bagaimana peserta didik belajar,
rencana pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik,
dan prosedur pembelajaran dan pendidikan yang diterapkan oleh para guru dapat
membuat peserta didik belajar secara efisien, efektif, dan memuaskan. Guru
sebagai pendidik dan pengajar yang memiliki pengetahuan tentang psikologi
pendidikan akan mampu mengembangkan serta menerapkan prinsip – prinsip
psikologi dalam membelajarkan dan mendidik peserta didik di kelas. Guru harus
slalu kreatif dalam mengajar peserta didik di kelas dengan menerapkan
pengetahuan tentang Psikologi Pendidikan secara optimal dan maksimal. Guru yang
kreatif slalu berusaha memahami tentang mengapa dan bagaimana peserta didik
dapat beajar dengan baik dan dalam kondisi seperti apa yang dapat menghasikan
proses belajar yang maksimal. Para guru juga harus memiliki rasa ingin tahu
tentang mengapa dan bagaimana anak belajar seta memahami perubahan kondisi yang
memungkinkan delajar lebih efektif.
Hal lain yang dapat dilakukan oadalah guru mempelajari fenomena – fenomena kejiwaan yang berhubungan dengan masalah pendidikan. Dengan mempelajari hal itu, guru dan para calon guru mempelajari perilaku peserta didik derta perubahannya sebagai akibat dari proses pendidikan untuk kemudian berusaha merubah dan membimbing perilakunya melalui pendidikan. Proses pendidikan fan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan di lembaga pendidikan informal seperti di keluarga dan di lembaga non formal seperti di masyarakat ataau dimana saja tanpa ada batasannya. Namun ada syarat – syarat yang harus dipenuhi bagi agar berlangsungnya proses pendidikan dalam pembelajaran di suatu tempat, yaitu guru sebagai pendidik dan pengajar yang dewasa, ada peserta didik sebagai orang yang belum dewasa yang membutuhkan pendewasaan melalui proses pendidikan.
Hal lain yang dapat dilakukan oadalah guru mempelajari fenomena – fenomena kejiwaan yang berhubungan dengan masalah pendidikan. Dengan mempelajari hal itu, guru dan para calon guru mempelajari perilaku peserta didik derta perubahannya sebagai akibat dari proses pendidikan untuk kemudian berusaha merubah dan membimbing perilakunya melalui pendidikan. Proses pendidikan fan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan di lembaga pendidikan informal seperti di keluarga dan di lembaga non formal seperti di masyarakat ataau dimana saja tanpa ada batasannya. Namun ada syarat – syarat yang harus dipenuhi bagi agar berlangsungnya proses pendidikan dalam pembelajaran di suatu tempat, yaitu guru sebagai pendidik dan pengajar yang dewasa, ada peserta didik sebagai orang yang belum dewasa yang membutuhkan pendewasaan melalui proses pendidikan.
BAB 2 : PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP PSKOLOGI PENDIDIKAN.
Secara
harfiah atau etimologid, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa
dan “logos” yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang
berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala –
gejalanya, aktivitasnya, dan perilaku manusianya. Seiring dengan berjalannnya
waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan da Teknologi, psikologi sebagai suatu
disiplin ilmu juga mengalami perkembangan jam yang pesat dan meliputi berbagai
caang ilmu yang dapat digolongkan dengan berbagai cara. Psikologi dapat pula
dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu :
1. Psikologi
teoritis yang memiliki tujuan utama yaitu memahami secara ilmiah miurni untuk
menyusun suatu teori, seperti kepribadian atau teori kepribadian dan psikologi
belajar dengan berbagai teori belajar.
2. Psikologi
praktis yang dikembangkan karena kebutuhan tertentu seperti psikologi medis,
criminal, dan psikologi pendidikan.
Psikologi
pendidikan sebagai bagian integral dari disiplin ilmu pengetahuan berupaya
menggunakan konsep dan prinsip – prinsip psikologis dalam memecahkan masalah –
masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya,
psikologi pendidikan meluaskan menjadi berbagai kajian dalam mengkaji tentang
masalah – masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan dan
pembelajaran kelas.
Dalam peninjauan secra statis, kajian psikologi tentang siswadalam situasi pendiidkan mencakup kajian tentang gejala – gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu : perhatian, pengamatan, motivasi, tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, sikap, minat, iteligensi, dan sebagainya yang menyangkut kajian tentang perbedaan – perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup bakat, minat dan sebagainya. Perubahan tingkah laku dan cara – cara penilaian didalam pendidikan mencakup :
Dalam peninjauan secra statis, kajian psikologi tentang siswadalam situasi pendiidkan mencakup kajian tentang gejala – gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu : perhatian, pengamatan, motivasi, tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, sikap, minat, iteligensi, dan sebagainya yang menyangkut kajian tentang perbedaan – perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup bakat, minat dan sebagainya. Perubahan tingkah laku dan cara – cara penilaian didalam pendidikan mencakup :
1. Perubahan
perilaku karena prertumbuhan dan perkembangan atau karena peserta didik
mengalami proses pematangan dan pendewasaan.
2. Perubahan
perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses
pendidikan dan pembelajaran
3. Cara
– cara mengukur atau mengevaluasi pencapain karena perubahan – perubahan khusus
seperti belajar.
Peserta
didik merupakan elemen yang terpenting diantara elemen yang lain. Namun ini
bukan berati bahwa faktor manusia lebih penting dari faktor proses belajar dan
situasi belajar, tetapi yang jelas tanpa hadirnya faktor peserta didik tidak
mungkin akan terjadi peristiwabelajar atau interaksi belajar mengajar di
lembaga pendidikan formal, non formal dan informal. Tanpa kehadiran peserta didik di kelas,
lembaga pendidikan tidak mungkin aka nada proses pembelajaran di dalam kelas
itu. Proses pembelajaran sebagai elemen yang menjadi pusat perhatian dari
psikologi pendidikan, merupakan eleemn penentu keberhasilan proses pendidikan.
Hubungan guru dengan siswa sebagai peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa akan senang kepada gurunya dan juga akan menyukai materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Dan sebaliknya, jika hubungan guru dengan siswa kurang komunikatif dan harmonis, maka siswa akan membenci atau tidak senang dnegan gurunya. Guru yang kurang komunikatif dengan siswanya, akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas berjalan tidak optimal dan maksimal serta siswa akan mejauhkan diri dari guru tersebut. Oleh karena itu, sebagai calo guru dan para guru hatus memiliki dan menjalin komunikatif yang baik kepada peserta didik untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal dan maksimal.
Situasi belajar menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar. Guru merupakan satu faktor dalam situasi belajar di samping situasi udara, penerangan dan komposisi tempat duduk. Sikap guru, semangat guru, sikap masyarakat, dan suasana perasaan di sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.Pengetahuan didaktik metodik pembelajaran dan hal lain yang terkait dengan hal itu adalah pengetahuan tentang gejala aktivitas umum jiwa peserta didik, kepribadian, inteligensi, dan bakat peserta didik, perkembangan anak dan perkembangan remaja sebagai subjek didik, belajar dan permasalahannya, teori – teori belajar, interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya, keterkaitan perilaku guru terhadap dinamika kelas dan lain sebagainya.
Hubungan guru dengan siswa sebagai peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa akan senang kepada gurunya dan juga akan menyukai materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Dan sebaliknya, jika hubungan guru dengan siswa kurang komunikatif dan harmonis, maka siswa akan membenci atau tidak senang dnegan gurunya. Guru yang kurang komunikatif dengan siswanya, akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas berjalan tidak optimal dan maksimal serta siswa akan mejauhkan diri dari guru tersebut. Oleh karena itu, sebagai calo guru dan para guru hatus memiliki dan menjalin komunikatif yang baik kepada peserta didik untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal dan maksimal.
Situasi belajar menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar. Guru merupakan satu faktor dalam situasi belajar di samping situasi udara, penerangan dan komposisi tempat duduk. Sikap guru, semangat guru, sikap masyarakat, dan suasana perasaan di sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.Pengetahuan didaktik metodik pembelajaran dan hal lain yang terkait dengan hal itu adalah pengetahuan tentang gejala aktivitas umum jiwa peserta didik, kepribadian, inteligensi, dan bakat peserta didik, perkembangan anak dan perkembangan remaja sebagai subjek didik, belajar dan permasalahannya, teori – teori belajar, interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya, keterkaitan perilaku guru terhadap dinamika kelas dan lain sebagainya.
BAB 3 : GEJALA AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA
YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU
Pengetahuan
tentang karakteristik psikologi peserta didik yang berkaitan dengan hejala
aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para
guru dalam memahami peserta didik secara individual guru menyukseskan proses
pembelajran di kelas. Adapun gejala aktivitas umum jiwa peserta didik yang
perlu menjadi perhatian bagi para calon guru (mahasiswa yang kuliah di lembaga
pendidikan tenaga kependidikan) dan para guru ialah mencakup perhatian,
pengamatan, persepsi, fantasi, ingatan, berpikir, motif, sikap, minat,
imajinasi, dan sebagainya. Kesemuaan gejala aktivitas umum jiwa manusia
termasuk peserta didik di sekolah tersebut akan dijelaskan secara rinci atau elaboratif.
1. Perhatian
Peserta Didik.
Seorang
siswa dianggap memiliki perhatian belajar terhadap materi pembelajaran yang
diajarkan oleh guru di kelas, jika siswa tersebut memusatkan pandangannya ke
depan untuk memperhatikan materi yang disajikan oleh guru dengan memusatkan
kesadaran dan daya jiwanya untuk mengetahui dan memahami materi pembelajaran yang
disajikan oleh guru di kelas. Perhatian belajar yang dimiliki oleh peserta
didik dan manusia pada umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian
insentif dan tidak insentif, perhatian spontan dan perhatian sekehendak,
perhatian terpencar, perhatian terpusat, dan perhatian campuran. Perhatian
peserta didik yang intensif adalah erhatian yang mendalam yang dimiliki peserta
didik pada saat melakukan aktivitas belajar.
Dan perhatian peserta didik yng non intensif adalah perhatian belajar
yang tidak mendalam pada diri siswa. Perhatian belajar spontan pada diri
peserta didk ialah perhatian belajar yang terjadi seketika karena peserta didk
mendapatkan rangsangan yang jugasifatnya tiba – tiba. Sedangkan perhatian
belajar yang sekehendaka dalah perhatian belajar yang sengaja ditimbulkan pada
diri peserta didik.
Perhatian
konsentratif atau terpusat adalah perhatian belajar yang dimiliki oleh peserta
didik yangmemusatkan atau terfokus kepada objek yang dipelajri. Perhatian
distributive ialah perhatian belajar yang bersifat menyebar yang dimiliki oleh
peserta didik, dan perhatian campuran perhatian belajar yang dimiliki oleh
peserta didik yang sifatnya gabungan antara perhatian belajar yang memusat dan
terfokus kepada objek yang dipelajari dengan perhatian distributive yang
menyebar ke beberapa objek belajar.
Selanjutnya
terdapat beberapa faktor atau hal yang menarik perhatian belajar peserta didik
dari segi objek yang diperhatikan, yaitu berupa :
1. Perangsang
yang berubah – ubah,
2. Perangsang
yang kuat,
3. Perangsang
yang tiba – tiba,
4. Benda
– benda yang mempunyai benuk tertentu akan lebih menarik daripada benda – benda
yang tidak berbentuk.
Jika
dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal – hal yang menarik perhatian
ialah jika semua hal tersebut bersangkut
paut dengan pribadi subjek yaitu berupa :
1. Pekerjaan
yang sedang dikerjakan menentukan perhatian.
2. Keinginan
menentukan perhatian.
3. Minat
kegemaran menentukan perhatian.
4. Perasaan
menetukan perhatian.
5. Yang
berhubungan dengan pengalaman atau kebiasa akan menentukan perhatian.
Selain
guru harus memperhatikan berbagai hal atau faktor yang menarik perhatian
belajar, guru harus dapat mengelola kelas dan proses pembelajaran di kelas yang
menarik perhatian belajar siswa. Usaha yang dapat dilakukan guru ialah
mengetahui, memahami, menguasai, dan meenrapkan berbagai teori, metode, dan
ppendekatan tentang dinamika kegiatan dalam strategi belajar mengajar,
interaksi dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai pendekatan dalam proses
belajar mengajar. Melalui penerapan bebagai teori, metode dan pendekatan dalam
proses belajar mengajar, aktivitas jiwa peserta didik dapat dipertinggi, sehingga
perhatian belajar peserta didik semata – mata tertuju keada bahan pelajaran
yang dipelajari.
2. Motivasi
Belajar.
Guru
dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki
motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta
didik. Gruru yang memiliki motvasi mengajar yang tinggi ditandai dengan
bebarapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam
mengajar, aktif dan kreatif dalam melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan
untuk keperluan pembelajaran di kelas, berperilaku produktif dan inovatif dalam
mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingga tidak mengenal lelah dalam mengajar
dan mudah putus asa jika menemukan kesulitan dalam menekuni kariernya sebagai
pengajar dan pendidik di sekolah. Motif/ motivasi secara umum juga dapat
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Donald motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan diahlui dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.
Motivasi
belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu:
1. Mendorong
manusia untuk berbuat, jado sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi,
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak tercapai,
3. Menyeleksi
perbuatan yakni menetukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan
dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selain
itu, motivasi juga bertujuan sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
3. Pikiran
Peserta Didik
Berpikir
merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada
saat mereka mengadapi suatu maslah yang harus dipecahkan. Ada dua jenis proses
berpikir yang dapat dilakukan individu, yaitu jenis berpikir divergen dan
convergen. Jenis berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, keatif,
dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternative pemecahan
masalah. Jenis berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh
individu pada umumnya dan bersifat rutin.
4. Perasaan
Peserta Didik
Perasaan
adalah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan
fungsi mengenal san dialami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam
berbagai taraf. Perasaan teridir dari perasan indra yaitu sedap, manis:
perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti
segar, letih, dan perasaan rohaniah adalah perasaan yang meliputi perasaan
intelektual, misalnta merasa senang kalau lulus ujian, perasaan keindahan,
perasaan sosial, erasaan kesusilaan, perasaan kegamaan, dan perasaan harga
diri. Faktor perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleg guru dalam kelas.
5. Sikap
Belajar Peserta Didik
Sikap
diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek
atau rangsangan tertentu. Sikap juga diartikan sebagai kecenderungan individu
untuk merasa senang dan tidak senang terhadap suatu objek. Para guru dan calon
guru yang akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan
sikap belajar positif pada diri peserta didik. Hanya dengan sikap belajar yang
baik yang terbentuk pada peserta didik, proses interaksi belajar mengajar di
kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. Oleh karena itu, para guru
dan calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan
permasalahannya, yang mencakup pengertian sikap, metode menumbuhkembangkan
sikap belajar positif kepada peserta didik.
6. Ingatan
Peserta Didik
Ingatan
biasanya didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan – kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri – ciri,
yaitu cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dalam menyimpan, dan siap
untuk memproduksi kesan – kesan yang dicamkan tanpa perubahan. Proses dalam
ingatan ialah mencakup proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi. Pada diri peserta didik, proses mencamkan itu
berbeda – beda antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Selain itu,
aktivitas reproduksi juga dipengaruhi
oleh faktor kemampuan mencamkan dan menyimpan pesan atau materi pelajaran yang
telah dipelajari oleh peserta didik.
7. Fantasi
Peserta Didik
Fantasi
ialah kesanggupan manusia untuk membentuk tanggapan – tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan – tanggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak
harus sesuai dengan benda – benda yang ada. Fantasi juga diartikan sebagai
kemampuan peserta didik dalam merenung dan menghayal secarapositif untuk
menemukan ide – ide baru yang inovatif. Mengingat manfaat produk atau hasil fantasi
bagi kehidupan manusia sangat besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan
fantasi peserta didik juga dituntut besar, agar melalui fantasi, peserta didik
dapat menemukan suatu ide – ide cemerlang untuk melahirkan sesuatu yang
inovatif.
8. Tanggapan
Peserta Didik
Ada
beberapa hal yang terkait dengan tanggapan atau persepsi, yaitu bayangan
pengiring, bayangan yang tinggal setelah kita melihat sesuatu dan bayangan
eidetic, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga mempunyai
pengamatan. Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh idera yang
mendasari terjadinya tanggapan itu. Karena itu persepsi peserta didik
digolongkan ke dalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan yang visual,
auditif, gustatoris, dan alfaktoris. Keempat tpe tanggapan pada peserta didik
ini harus diperhatiakn dan dikembangkan oleh para pendidik secara individual.
9. Inteligensi
dan Bakat.
Inteligensi
pakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil
pendidikan di sekolah. Inteligensipada hakekatnya adalah kemampuan manusia
untuk berpikir.kemampuan berpikir manusia itu sendiri berbeda beda, yaitu ada yang kemampuan berpikirnya
tinggi, sedang dan rendah. Bakat dapat diartikan sebagai potensi bawaan yang
dibawah seseorang sejak ia dilahirkan dan perkemangannya dipengaruhi oleh
lingkungan. Bakat yang dibawa seseorang sejak iah dilahirkan masih belum
berkembang, sehingga perlu diaktualisasiakn melalui bantuan proses pendidikan
sekolah. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat peserta
didik ialah melakukan tes bakat pada anak didik dan mengobservasi kemampuan dan
keterampilan menonjol yang diperhatikan anak melalui aktivitas dan perilaku di
rumah.
BAB 4 : PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA SEBAGAI PESERTA DIDIK
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan secara fisik yang menunjuk
kepada kualitas. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai suatu proses perbahan
secara psikis yang menunjuk kepada kualitas. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak yang dikaji dalam psikologi perkembang an hatus diketahui dan
dipahami oleh para calin guru dan guru di sekolah. Batasan tentang anak dalam
kajian ini ialah usia anak sekolah di TK dan usia anak sekolah di pendidikan
SD.
Masalah
pertumbuhan dan perkembangan remaja sebagai peserta didik juga perlu menjadi
perhatian bagi para calon dan para guru di SMP, SMA dan pergguruan tinggi
karena dengan bekal pengetahuan tentang pertumbuhan dan pekembangan remaja,
para guru di SMP, di SMA, dan PT dapat meneysuaikan proses pembelajarannya
untuk perkuliahannya sesuai dengan kebutuhan belajra remaja. Para guru dan
calon guru serta dosen juga perlu memiliki wawasan pengetahuan dan pemahaman
tentang tugas – tugas perkembangan remaja, perkembangan kognitif, perkembangan
emosional, dan perkembangan sosial dan moral remaja. Oleh karena itu, para dosen dan guru harus
dapat menerapkan startegi, metode, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang
sesuai dengan perkembangan psikologis, sosial, dan moral remaja.
BAB 5 : BELAJAR DAN PERMASALAHANNYA
Aktivitas
belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidkan di sekolah. Tujuan
pembelajaran dalam suatu kegiatan hanya dapat dicapai jika ada interaksi
belajar mengajar antar guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di
kelas. Hanya dengan proses pembelajaran
yang baik, tujuan pembelajaran dapat dicapai sehingga siswa mengalami perubahan
perilaku melalui kegiatan belajar. Perubahan perilaku yang diperoleh peserta
didik melalui aktivias belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik
dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar.
Jadi
belajar menurut para ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan adalah
ciri – cirri suatu perubahan perilaku berupa :
1. Perubahan
yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan
dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
3. Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan
dalam belajar bertujub atau terarah,
5. Perubahan
mencakup seluruh aspek perilaku.
a. Jenis
– Jenis Belajar
Belajar
sebagai suatu aktivitas mencakup beberapa jenis belajar, yaitu :
1. Belajar
bagian,
2. Belajar
dengan wawasan,
3. Belajar
dengan deksriminatif,
4. Belajar
secara global atau keseluruhan,
5. Belajar
incidental,
6. Belajar
instrumental,
7. Belajar
internasional,
8. Belajar
laten,
9. Belajar
mental,
10. Belajar
produktif, dan
11. Belajar
secarra verbal.
Faktor
kesehatan merupakan faktor internal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
dimaksudkan, yaitu bahwa peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan akan
tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal. Oleh karena itu, peserta didik
sangat diharapkan untukmenjaga kesehatannya agar tetap sehat. Faktor psikologis, misalnya adalah
inteligensi, minat, motivasi, perhatian, bakat, kematangan, dan kesiapan
peserta didik. Faktor – faktor psikologis tersebut perlu diketahui agar
dipahami para calon guru dan guru sebagai upaya untuk meningkatkaninteligensi,
motivasi, bakat dan psikologi lainnya.
BAB 6 : TEORI-TEORI BELAJAR DALAM
PENDIDIKAN PESERTA DIDIK
Menurut
teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah
laku dapat diamati, bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh
sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkunga
sekitar. Teori behaviorisme berpandangan
bahwa belajar terjadi melalui operant conditioning.
Penguatan atau reinforcement yang diberikan kepada peserta didik terdiri atas dua macam, yaitu penguatan positif dan negatif. Baik penguat positif maupun penguat negative keduanya dapat meningkatkan respon dari peserta didik. Penguatan positif ialah stimulus yang bila ditambahkan dalam suatu situasi kan memperkuat individu dalam memberikan respon. Penguatan negative memberikan stimulus tingkah laku, sedangkan hukuman dirancang untuk menghentikan perilaku.
Ada penerapan penting teori behaviorisme dari skinner dalam dunia pendidikan, yaitu : (1) modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip-prinsip teori behaviorisme dan penerapannya untuk mengubah perilaku anak dengan cara yang sangat spesifik dan menggunakan sistem hadiah, dan (2) pegajaran yang terprogram memiliki dua acuan, yaitu (a) cara umum untuk merancang dan menyajikan pengajaran, dan (b) suatu produk tertentu (seperti program televise, mesin pengajaran, naskah, dan slide tape) merupakan produk pemograman pengajaran yang disajikan dalam satuan-satuan kecil disertai umpan balik segera setelah setiap satuan dipelajari.
Penguatan atau reinforcement yang diberikan kepada peserta didik terdiri atas dua macam, yaitu penguatan positif dan negatif. Baik penguat positif maupun penguat negative keduanya dapat meningkatkan respon dari peserta didik. Penguatan positif ialah stimulus yang bila ditambahkan dalam suatu situasi kan memperkuat individu dalam memberikan respon. Penguatan negative memberikan stimulus tingkah laku, sedangkan hukuman dirancang untuk menghentikan perilaku.
Ada penerapan penting teori behaviorisme dari skinner dalam dunia pendidikan, yaitu : (1) modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip-prinsip teori behaviorisme dan penerapannya untuk mengubah perilaku anak dengan cara yang sangat spesifik dan menggunakan sistem hadiah, dan (2) pegajaran yang terprogram memiliki dua acuan, yaitu (a) cara umum untuk merancang dan menyajikan pengajaran, dan (b) suatu produk tertentu (seperti program televise, mesin pengajaran, naskah, dan slide tape) merupakan produk pemograman pengajaran yang disajikan dalam satuan-satuan kecil disertai umpan balik segera setelah setiap satuan dipelajari.
BAB 7 : INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI
KELAS DAN PERMASALAHNAN NYA.
Mengajar
dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer
IPTEKS kepada peserta didik. Mengajar juga diartikan menyampaikan pengetahuan
kepada anak didik. Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasikan dan mengatur lingkungan sebaik – baiknya. Mengajar juga dapat
diartikan secara luas, yaitu upaya untuk menciptakan kondisi yang kondutif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi siswa. Mengajar lebih cenderung
mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS yang
dimiliki oleh guru kepada siswanya agar siswanya mengetahui, memahami, dan
menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Mendidik juga dapat diartikan
sebagai usaha untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya baik jasmani
maupun rohani.
BAB 8 : MANAJEMEN KELAS YANG BERBASIS
PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
Manajemen
kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan bahan belajar,
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan lancar dan tujuan kurikulum tercapai. Manajemen kelas bertujuan
untuk :
1. Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik lingkungan belajar maupun sebagai kelompok
belajar yang memungkinkan peserta didik untuk menegmbangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran,
menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan
latar belakang sosial, budaya, ekonomi serta sifat – sifat individunya.
Dalam melakukan aktivitas manajemen kelas untuk pembinaan disiplin kelas yang berbasis psikologi pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapt digunakan, yaitu pendekatan otoriter, pendekata permisif, pendekatan intruksional, pendekatan pengubahan perilaku dan pendekatan emosional serta pendekatan proses kelompok. Selain itu, para guru juga perlu memperhatikan prinsip – prinsip dalam melakukan pendektan dalam kelas maupun lingkungan sekolah, adapun prinsip tersebut adalah :
Dalam melakukan aktivitas manajemen kelas untuk pembinaan disiplin kelas yang berbasis psikologi pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapt digunakan, yaitu pendekatan otoriter, pendekata permisif, pendekatan intruksional, pendekatan pengubahan perilaku dan pendekatan emosional serta pendekatan proses kelompok. Selain itu, para guru juga perlu memperhatikan prinsip – prinsip dalam melakukan pendektan dalam kelas maupun lingkungan sekolah, adapun prinsip tersebut adalah :
1. Menggambarkan
prinsip – prinsip pedagoogi dan hubungan kemanusiaan di kelas.
2. Mengembangkan
budaya disiplin di kelas dan mengembangkan profesionalisme guru dalam
menumbuhkembangkan budaya disiplin sekolah dan dalam kelas.
3. Mereplesikan
tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik dalam melaksanakan budaya
disiplin di kelas.
4. Menumbuhkembangkan
kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin di
kelas oleh para guru dan peserta didik di kelas.
5. Menghindari
perassan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam
menegakkan dan melaksankan budaya disiplin di kelas.
Kemudian
dalam menerapkan manajemen kelas yang baik perlu dilakukan pemeliharaan,
Rachman mengemukakan empat tahapan dalam
memelihara disiplin, yaitu :
1. Tahap
pencegahan.
2. Tahap
pemeliharaan.
3. Tahap
campur tangan
4. Tahap
pengaturan.
BAB 9 :MENGAJAR DAN BELAJAR YANG
EFEKTIF DAN PERMASALAHNNYA
Untuk
dapat mengajar secara efektif guru harus menguasai beragam perspektif dan
strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama,
yaitu (1) pengetahuan dan keahlian professional dan (2) komitmen dan motivasi .
Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen kelas. Guru yang efektif juga menguasai strategi pengajaran yang konstruktik menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekadar member informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus menolong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. Guru yang efektif harus dapat menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. Para guru juga harus banyak menghabiskan waktu untuk menyusun rencana pengajaran, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana pembelajarannya, para guru perlu memikirkan tentang bagaimana caranya agar pelajaran bisa menantang dan menarik bagi siswa. Guru yang efektif juga harus ahli dalam manajemen kelas, yaitu mampu menjaga kelas agar tetap aktif bersama dan mengarahkan kelas ke tugas-tugas. Guru juga perlu membangun dan memertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkugan ini optimal,guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring dan mengaktifkan kelas, serta menaangani tindakan murid yang mengganggu kelas.
Guru yang efektif juga harus memiliki keahlian komunikasi serta dapat mengetahui dan memahami perbedaan budaya yang dimiliki oleh peserta didik dikelas. Dengan kata lain fenomena heterogenitas kelas harus dapat menjadi perhatian bagi guru yang ingin membelajarkan peserta didik dengan efektif. Guru yang efektif juga harus dapat menguasai teknologi komputer untuk kebutuhan pembelajaran didalam kelas. Untuk menunjang keberhasilan anak dalam mengikuti proses pembelajaran disekolah, maka pihak sekolah perlu melakukan kerjasama yang baik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah tidak dapat sukses melakukan misi dan visi pendidikan tanpa dukungan ari lingkungan keluarga, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dan berkepentingan dengan sekolah.
Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen kelas. Guru yang efektif juga menguasai strategi pengajaran yang konstruktik menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekadar member informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus menolong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. Guru yang efektif harus dapat menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. Para guru juga harus banyak menghabiskan waktu untuk menyusun rencana pengajaran, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana pembelajarannya, para guru perlu memikirkan tentang bagaimana caranya agar pelajaran bisa menantang dan menarik bagi siswa. Guru yang efektif juga harus ahli dalam manajemen kelas, yaitu mampu menjaga kelas agar tetap aktif bersama dan mengarahkan kelas ke tugas-tugas. Guru juga perlu membangun dan memertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkugan ini optimal,guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring dan mengaktifkan kelas, serta menaangani tindakan murid yang mengganggu kelas.
Guru yang efektif juga harus memiliki keahlian komunikasi serta dapat mengetahui dan memahami perbedaan budaya yang dimiliki oleh peserta didik dikelas. Dengan kata lain fenomena heterogenitas kelas harus dapat menjadi perhatian bagi guru yang ingin membelajarkan peserta didik dengan efektif. Guru yang efektif juga harus dapat menguasai teknologi komputer untuk kebutuhan pembelajaran didalam kelas. Untuk menunjang keberhasilan anak dalam mengikuti proses pembelajaran disekolah, maka pihak sekolah perlu melakukan kerjasama yang baik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah tidak dapat sukses melakukan misi dan visi pendidikan tanpa dukungan ari lingkungan keluarga, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dan berkepentingan dengan sekolah.
BAB
10 : MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI FOKUS PSIKOLOGI DALAM
PENDIDIKAN
Menurut
para ahli, mutu proses belajar mengajar diartikan sebagai mutu dari aktivitas
mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan
oleh peserta didik di kelas. Sedangkan mutu hasil proses belajar mengajar ialah
mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas
belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas. Adapun Indikator –
indikator mutun proses dan hasil mengajar di kelas adalah
1. Guru
membuka pembelajaran dengan ucapan salam.
2. Guru
melakukan presensi siswa.
3. Guru
melakukan pengolahan kelas.
4. Guru
menjelaskan materi pelajaran di kelas.
5. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
6. Guru
menjawab pertanyaan siswa.
7. Guru
memberikan penguatan.
8. Guru
mengadakan variasi dalam teknik mengajar.
9. Guru
mengajukan pertanyaan dasar dan lanjutan.
10. Guru
menggunakan stimulus untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.
11. Guru
mengadakan pengajaran di kelompok kecil.
12. Guru
memimpin diskusi kelompok.
13. Guru
mengajar atas dasar perbedaan individu.
14. Guru
megajar melalui penemuan siswa.
15. Guru
mengembangkan kreativitas siswa.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA
·
Kelebihan Buku
Ø Berdasarkan
cover buku
Buku ini memiliki cover
yang cukup menarik dimana warna pada cover buku ini tidak hanya satu namun
banyak yang disatupadukan sehingga cover buku ini terlihat lebih hidup dan
menarik.
Ø Struktur
Penulisan Buku
Struktur
penulisan buku ini sudah baik, pada awal setiap bab dalam buku penulis
melampirkan pengertian materi yang akan dibawa sabagi pendahuluan sama halnya
dengan buku yang saya jadikan sebagai pembanding ,dalam buku ini penulis juga
mengisi setiap bab dengan subbabsubab yang berhubungan satu sama lain,
strutkturnya juga tersusun dengan rapi serta saling berhubungan dan kesimpulan
pada bagian akhir materi.
Ø Berdasarkan
Isi buku
Dalam buku pembanding, isi buku dijelaskan dengan cara memberikan contoh
serta melampirkan pendapat atau
pandangan tokoh-tokoh (ahli-ahli psikologi) tentang materi yang disampaikan
dalam buku ini sama halnya dengan buku pertama, buku ini juga memberikan contoh
dan pandangan para ahli untuk mendukung setiap materi yag buku ini sampaikan.
Sama halnya dengan buku pembanding, dalam buku ini setiap point yang
dilampirkan penulis dijelaskan dengan rinci. Jika dalam buku pembanding, ada
kotak hitam yang disediakan penulis disamping
setiap tulisannya yang berisikan pengertian-pengertian tentang hal-hal
baru yang sulit dimengerti maka pada buku pertama penulis melampirkan kotak
hitam ditengah-tengah yang berisi tentang pandangan para ahli hal ini
menunjukkan bahwa tulisan yang dilampirkan penulis didasari oleh pandangan para
ahli. Penulis dalam buku ini juga melampirkan skema yang mencakup apasaja yang
akan dibahas penulis. isi buku ini juga cukup menarik, karena pembawaan penulis
yang menjelaskan setiap materi yang dilampirkan mudah dipahami serta
menggunakan bahasa yang udah dipahami sehingga menjadikan buku ini layak dibaca
siapa saja termasuk bagi calon-calon guru yang ingin tau bagaimana cara
mengajar dan pendapat-pendapat mengajar, sama halnya dalam buku pemanding, buku
pembanding memberikan point-point peting
tentang cara mengajar dan tipstips penting yang perlu dimiliki oleh seorang
guru dalam mengajar, buku pertama juga melampirkan hal yang serupa bahkan lebih
banyak serta dijelaskandengan baik . buku pembanding dan buku pertama juga
menyangkut pautkan materi yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga contoh yang diberikan dapat dirasakan secara nyata .
Ø Berdasarkan
Keterkaitan judul dan isi serta, keterkaitan
antara subbab
Sama halnya dengan buku pembanding, penulis selalu menyamkan isi dengan
judulnya dan juga menghubungkan setiap kalimat demi kalimat agar terlihat
menyatu dan tidak membosankan.
Ø Berdasarkan
Bahasa yang dan tanda baca .
Sama halnya dengan buku pembanding, buku yang digunakan kedua buku ini
cukup mudah dipahami tidak terlalu sulit. Bahasa yang digunakan penulis
seolah-olah mengajak kita bergabung dalam cerita yang dibuat olehnya. Rangkaian
bahasa yang digunakan penulis juga sudaah baik dan menggunaankan EYD.
Penggunaan tanda baca dalam buku ini juga sudah tepat.
·
Kelemahan
Buku
Jika
pada buku pembanding yang saya baca, yaitu buku diktat penulis selalu melampirkan kesimpulan atau
rangkuman yang mencakup materi tiap bab, pada buku pertama penulis tidak menyajikan kesimpulan isi bab pada bagian akhir bab sehingga pembaca harus
membaca keseluruhan isi buku untuk dapat mengetahui isi buku. jika dibandingkan
dengan buku pembanding, jelas sekali terlihat jika isi dalam buku ini masih
sangat kurang, meskiput telah melampirkan pendapat-pendapat para tokoh namun
penjelasan tentang materi yang dilampirkan kurang memuaskan. Berdeda halnya
dengan buku pembanding, pada awal bab baru buku pembanding selalu menyediakan
peta konsep sebelum membahas materi sehingga pembaca dapat melihat subbab dalam
bab tersebut, namun pada buku kedua hal tersebut tiddak dilampirkan penulis,
walapun pada sebagian orang, hal tersebut tidak terlalu penting, namun jika
dikaitkan dengan penulisan buku yang baik peta konsep seharusnya ada.
Pada buku pembanding, penulis menyertakan bebarapa gambar yang menggambarkan situasi yang dilampirkan oleh penulis sehingga pembaca akan lebih tertarik dimana otak manusia akan lebih terangsang jika disangkutpautkan dengan gambar, namun pada buku pertama penulis tidak melampirkannya. Pada buku pertama juga, penulis melampirkan kata-kata baru yang dicetak tebal sehingga pembaca dapat melihat dan yang menjadi istimwenya penulis melampirkan pengertian kata-kata yang bercetak tebal tersebut, sangat berbeda dengan buku pertama yang tidak menggunakan istilah atau kata-kata baru. Pengguanaan bahasa yang cukup sederhana ini mengurangi ketertarikan pembaca karena tidak melihat hal-hal yang baru.
Pada buku pembanding, penulis menyertakan bebarapa gambar yang menggambarkan situasi yang dilampirkan oleh penulis sehingga pembaca akan lebih tertarik dimana otak manusia akan lebih terangsang jika disangkutpautkan dengan gambar, namun pada buku pertama penulis tidak melampirkannya. Pada buku pertama juga, penulis melampirkan kata-kata baru yang dicetak tebal sehingga pembaca dapat melihat dan yang menjadi istimwenya penulis melampirkan pengertian kata-kata yang bercetak tebal tersebut, sangat berbeda dengan buku pertama yang tidak menggunakan istilah atau kata-kata baru. Pengguanaan bahasa yang cukup sederhana ini mengurangi ketertarikan pembaca karena tidak melihat hal-hal yang baru.
3.2.KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN BUKU
PEMBANDING
·
Kelebihan Buku
Ø Syah membagi buku ini ke dalam dua
bagian utama, yaitu hal belajar dan hal mengajar dengan berbagai pendekatan
literatur. Dari hal belajar dan mengajar dibagi kedalam beberapa bagian.
Ø Bagian pertama tentang psikologi,
pendidikan, dan pengajaran. Pada bagian ini pembaca diajak untuk merefleksi
tentang belajar dan mengajar dimana Syah mengungkapkan hasil risetnya mengenai
objek dan kajian berupa siswa terutama dalam hal belajar, mengajar dan
belajar-mengajar. Syah menegaskan bahwa prinsip, konsep, dan metode psikologi pendidikan
merupakan landasan berpikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola proses
belajar mengajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa.
Ø Bagian kedua mengulas batasan
perkembangan manusia yang meliputi dimensi (cakupan dan ukuran) rohaniah dan jasmaniah.
Kemudian juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
Ø Bagian ketiga dari buku ini mengulas
tentang belajar . dimana belajar pada asasnya ialah: tahapan perubahan perilaku
siswa yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Ø Bagian keempat akan berbicara
masalah karakteristik, manifestasi dan pendekatan belajar, jenis-jenis belajar
dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Pada
bagian ini Syah menegaskan bahwa Efesiensi belajar ialah konsep yang
mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha belajar dan hasil belajar. Jadi,
ada belajar yang efesien ditinjau dari sudut usaha dan ada pula yang efesien
ditinjau dari sudut hasil.
Ø Bagian ke lima, pada bagian ini akan
diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan prestasi atau kinerja akademik
(academic performance) dan batas minimal prestasi belajar siswa. Berbicara
masalah prestasi tentu berkaitan dengan evaluasi. Dijelaskan juga bahwa
kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan
munculnya misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang
berkapasitas rendah, karena faktor intern siswa dan ekstern siswa
Ø Bagian keenam, akan diuraikan
tentang hal mengajar. Mengajar pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan
seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Ø Pada
bagian akhir buku ini, Syah mengajak pembaca untuk
memahami interaksi instruksional antara guru dengan siswa, istilah
proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada proses belajar
mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam”proses” ini yang hampir selalu lebih
dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas siswa (siswa)
bukan sebaliknya. Syah juga menegaskan hal lain, yang perlu dimiliki
oleh guru adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai batas
tertentu sering terlupakan oleh para guru.
Ø Selain memaparkan konsep dan
teori-teori belajar-mengajar, buku ini juga disertai lampiran yang berisi
daftar model, tabel, dan indeks. Dengan lampiran ini pembaca diharapkan dapat
langsung memahami dan mempraktekkan cara belajar dan mengajar dengan pendekatan
teori psikologi pendidikan.
·
Kekurangan buku :
Salah satu kritikan untuk buku ini,
pembaca tidak menemukan daftar kata-kata istilah yang membantu menjelaskan
konsep-konsep yang akan diuraikan. Hal ini berpotensi membuat pembaca jadi
bingung. Selain itu juga pembaca tidak menemukan satu pun ilustrasi/gambar yang
membantu mendekripsikan konsep yang akan diuraikan berkenaan dengan hal
belajar-mengajar. Namun Syah memiliki pertimbangan lain, menganggap
semua pembaca dapat memahami secara keseluruhan konten buku tanpa memperhatikan
level-level kemampuan yang membaca buku tersebut
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah: “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU No.20
Tahun 2003). Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang
professional yakni guru dan dosen. Pengetahuan yang perlu dikuasai oleh guru
atau calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru
yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang
berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini.
Belajar sering dihubungkan dengan kegiatan siswa ketika menjalani proses pembelajaran (perilaku mempelajari materi) baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kegiatan mengajar dikaitkan dengan kegiatan guru khususnya ketika berada ditengah-tengah proses belajar mengajar (PBM). Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat yang tidak mungkin untuk dipisahkan. Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan belajar-mengajar. Belajar dan mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan yang terpenting adalah penanaman nilai-nilai moral dari proses belajar mengajar itu sendiri.
Pada hakikatnya bahwa pengajaran memiliki signifikansi yang vital dalam proses pendidikan. Hal ini tampak konsep-konsep ideal (pendidikan dan operasional (pengajaran) sama-sama berfungsi sebagai alat pencetak sumber daya manusia (SDM) dan sama-sama menciptakan SDM yang berkulitas. Bedanya, konsep operasional merupakan penjabaran dari konsep ideal, oleh karenanya pengajaran berhubungan langsung dengan fungsi dan tujuan , yang dituangkan sang penulis ke dalam bukunya. Buku yang berjudul Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru merupakan buku yang membahas secara keseluruhan mengenai belajar-mengajar dibandingkan buku sejenis yang membahas psikologi pendidikan.
Belajar sering dihubungkan dengan kegiatan siswa ketika menjalani proses pembelajaran (perilaku mempelajari materi) baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kegiatan mengajar dikaitkan dengan kegiatan guru khususnya ketika berada ditengah-tengah proses belajar mengajar (PBM). Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat yang tidak mungkin untuk dipisahkan. Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan belajar-mengajar. Belajar dan mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan yang terpenting adalah penanaman nilai-nilai moral dari proses belajar mengajar itu sendiri.
Pada hakikatnya bahwa pengajaran memiliki signifikansi yang vital dalam proses pendidikan. Hal ini tampak konsep-konsep ideal (pendidikan dan operasional (pengajaran) sama-sama berfungsi sebagai alat pencetak sumber daya manusia (SDM) dan sama-sama menciptakan SDM yang berkulitas. Bedanya, konsep operasional merupakan penjabaran dari konsep ideal, oleh karenanya pengajaran berhubungan langsung dengan fungsi dan tujuan , yang dituangkan sang penulis ke dalam bukunya. Buku yang berjudul Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru merupakan buku yang membahas secara keseluruhan mengenai belajar-mengajar dibandingkan buku sejenis yang membahas psikologi pendidikan.
4.2.SARAN
Adapun saran dari penulis adalah hendaknya setiap
kritikan yang telah dilontarkan penulis dalam karya ilmiah ini menjadi masukan
dan bahan referensi bagi penulis bahkan bagi pembaca agar mampu membuata buku
yang lebih baik lagi.
No comments:
Post a Comment