BAB
III
PELAKSANAAN
PKLI
A.
Gambaran Umum Proyek
PT. Mitra Mandiri
Asetindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor,
developer dan leveransir yang turut berperan dalam pembangunan. Proyek
pembangunan yang sedang dikerjakan oleh PT. Mitra Mandiri Asetindo adalah
Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Grand Mitra Medika yang berlokasi di
Jln. Letjen Siswondo Parman, Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah, Kota Medan,
Sumatera Utara.
1. Lokasi
Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Mitra Medika berada di
Jalan S Parman Medan.
LOKASI
PROYEK
|
Jl. S. Parman
|
Cambridge
Hotel
|
Gg. Soor
|
Jl. S. Parman
|
Ayam
Goreng Karawaci
|
SMP
KARTIKA 1
|
Gambar
3.1 Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Mitra Medika.
2.
Data Proyek
Berikut data dan spesifikasi dari proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
Mitra Medika :
a. Data
Non Teknis :
1. Nama
Proyek : Pembangunan
Gedung Rumah Sakit Mitra Medika
2. Lokasi
Proyek : Jalan S.
Parman Medan
3. Pemilik
Proyek : PT. Grand Mitra
Medika
4. Kontraktor
Pelaksana : PT. Mitra Mandiri
Asetindo
5. Konsultan
Perencana : PT. Maxime Grittama
6. Konsultan
Pengawas : PT. Grand Mitra
Mandiri
7. Jenis
Kontrak : Lump Sum
Fixed Price Dan Unity Fixed Price
8. Nilai
Kontrak : Rp
258.500.000.000,00 (dua ratus lima puluh depalan milyar lima ratus juta rupiah)
termasuk PPN
9. Waktu
Pelaksanaan : 24 bulan
10. Waktu
Pemeliharaan : 180 hari
11. Jenis
bangunan : permanen
b. Data
Teknis :
1. Luas
Lahan : 2.220 m2
2. Luas
Bangunan : 1.830 m2
3. Tinggi
Gedung Maksimal : +106,20 m
4. Jumlah
Lantai : 3 lantai
basement, 27 Lantai, 1 Lantai Helipad
3.
Struktur
Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek yang terdapat
pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Grand Mitra Medika Jl. S.Parman
Medan, dibentuk agar pelaksanaan proyek
berjalan dengan lancer dan dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai tanggung jawab dan pembagian tugas masing-masing anggota/bagian
operasional. Berikut adalah posisi
dan tugas masing-masing bagian dalam pelaksanaan proyek dan skema garis kerja :
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Mitra Medika
(Sumber: Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika)
B.
Penggunaan Alat
Pada Pekerjaan Konstruksi Balok
dan Kolom pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika.
Alat yang digunakan dalam proyek pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika yaitu
:
1.
Concrete Mixer Truck
Concrete
Mixer Truck yang digunakan dalam proyek ini
berfungsi untuk mengangkut beton ready
mix dari pabrik ke proyek pembangunan
Rumah Sakit Grand Mitra Medika Jl. S.Parman Medan dimana selama dalam
pengangkutan mixer terus berputar agar beton tetap homogen
serta tidak mengeras.
Gambar 3.3 Concrete Mixer Truck
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
2.
Tower Crane
Tower
crane merupakan salah
satu alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan
horizontal ke suatu tempat ke tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas. Atau
alat bantu yang ada hubungan dengan akses bahan dan material konstruksi dalam
suatu proyek. Fungsinya adalah alat mobilisasi vertikal horizontal yang amat
sangat membantu didalam pelaksanaan pekerjaan struktur.
Gambar 3.4 Concrete
Tower Crane
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
3.
Pemotong
Besi (Bar Cutter)
Bar
cutter digunakan untuk mendapatkan besi tulangan dengan ukuran sesuai
gambar maka besi akan dipotong.keuntungan dari bar cutter listik dan bar cutter
manual adalah
a. Bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter yang sangat besar dan dengan mutu baja yang cukup tinggi.
b. Untuk mempersingkat waktu pekerjaan.
Gambar 3.5 Pemotong Besi (Bar Cutter)
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
4.
Pembengkok
Besi (Bar Bander)
Bar Bander
adalah alat yang digunakan
untuk membengkokan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan. Cara kerja alat ini adalah baja yang dibengkokkan dimasukkan
diantara poros tekan dan proses pembengkok sesuai dengan sudut bengkok yang
kita inginkan panjang pembengkokan nya.
Gambar 3.6 Pembengkok Besi (Bar Bander)
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
5.
Vibrator Beton
Vibrator
beton adalah salah satu alat
yang digunakan atau dipakai pada saat pengecoran. Alat ini berfungsi untuk
memadatkan adonan beton yang dimasukkan kedalam bekisting.
Gambar 3.7 Vibrator
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
6.
Concrete Backet
Concrete
bucket merupakan
alat yang dipakai untuk pengangkutan beton yang berasal dari truck mixer sampai
pada lokasi pengecoran.
Gambar
3.8
Concrete Backet
(Sumber
: Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika)
7.
Alat
ukur Theodolith
Theodolite
merupakan alat yang dipakai untuk
mengukur ketinggian tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Gambar 3.9 Theodolith
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
8.
Tang
Kawat/Tang Penarik
Tang ini atau yang sering disebut dengan kakak tua biasa
digunankan pada saat pemasangan tulangan mengggunakan kawat pengikat .
Gambar 3.10 Tang Kawat/Tang Penarik/Kakak Tua
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
9.
Meteran
Berfungsi untuk mengukur
jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut
siku-siku, dan juga dapat dipakai untuk membuat lingkaran. Pada ujung pita
dilengkapi dengan pengait dan diberi magnet agar lebih mudah ketika sedang
melakukan pengukuran, dan pita tidak lepas ketika mengukur.
Gambar 3.11 Meteran
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
10.
Martil/Palu
Palu adalah
alat yang dingunakan untuk memukul/memberi tumbukan pada sebuah benda kerja.
Palu digunakan untuk memaku, memperbaiki suatu benda, menghancurkan suatu
objek.
Gambar 3.12 Palu
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
C.
Penggunaan Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam Proyek Pembangunan
Gedung Rumah
Sakit Mitra Medika yaitu :
1.
Beton Ready Mix
Beton ready mix adalah campuran semen,
agregat, air dan bahan tambahan (jika
diperlukan) dengan takaran yang tepat dan diciptakan dengan bahan-bahan
pilihan, berkualitas dan lulus uji kelayakan untuk keperluan pengecoran. Dalam pembangunan gedung Rumah Sakit Grand Mitra Medika ini,
pekerjaan balok dan kolom menggunakan beton ready mix PT. Kraton. Mutu
kuat tekan beton yang digunakan dalam proyek ini adalah beton fc’ 25.
Pengujian beton ready mix di uji
menggunakan slump test dan uji kuat tekan beton. Pengujian slump test dilakukan saat beton ready mix tiba di lokasi
proyek. Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian nilai slump test pada beton ready
mix yang digunakan. Nilai slump test yang diperoleh adalah 13 cm.
Gambar 3.13 Beton Ready Mix
2.
Air
Pada konstruksi beton air digunakan untuk bereaksi dengan
semen sehingga menjadi bahan perekat antara agregat kasur dan agregat halus.
Sedangkan untuk baja air diperlukan untuk bahan pencuci profil baja dari
kotoran.
Syarat-syarat SNI 03-2847-2002
a.
Air
harus bersih
b.
Tidak boleh mengandung lumpur dari 2 gram/liter
c.
Tidak
mengandung garam yang dapat merusak beton
d.
Tidak
mengandung nnyawa sulfivat lebih dari 1 gram
e.
Tidak
mengandung chlorida lebih dari 0,5 gram
3.
Besi
Tulangan
Adalah besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi
beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang
mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa bahan
tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang bersifat unik
dimana dua jenis bahan yaitu besi tulangan dan beton dipakai secara bersamaan. Kelebihan besi tulangan
a.
Memiliki
kuat tekan yang relatif lebih kuat dibandingkan bahan yang lain.
b.
Memiliki
ketahan yang tinggi terhadap api, air bahkan memiliki struktur terbaik untuk
bangunan.
c.
Struktur
beton bertulang yang kokoh.
d.
Tidak
memerlukan pemeliharaan biaya yang tinggi.
e.
Memiliki
usia layan yang sangat panjang.
f.
Dapat
dirakit menjadi bentuk yang sangat beragam mulai dari plat, balok, kolom yang sederhana
menjadi atap.
Gambar 3.14 Besi Tulangan
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
4.
Multipleks
Adalah jenis papan atau cetakan yang dibuat pada pengerjaan
pengecoran supaya diperoleh bentuk tertentu, seperti dinding, kolom, balok dan
pelat. Meskipun bersifat sementara, pembuatan
bekisting harus benar dan tepat supaya diperoleh bangunan yang berkualitas.
Gambar 3.15 Multipleks
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
5.
Kawat
Pengikat
Kawat merupakan digunakan sebagai pengikat untuk rangkaian
tulangan-tulangan antara satu tulangan dengan tulangan lainnya, baik untuk
tulangan kolom, balok, plat lantai.
Gambar 3.16 Kawat Pengikat
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
D.
Proses Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi Kolom dan Balok pada Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit
Mitra Medika.
Proses
pelaksanaan yang dilakukan pada saat pengerjaan kolom dan balok :
1.
Teknik
Pelaksanaan Konstruksi Kolom
Teknik pelaksanaan
konstruksi kolom dalam pekerjaan kolom banyak item item pekerjaan yang harus
diperhatikan karena dalam pelaksanaannya berpengaruh kepada mutu beton yang
diharapkan, diantaranya:
Gambar 3.17 Tahapan Pekerjaan Kolom
a.
Penentuan
As kolom
Titik-titik
as kolom ditentukan dan diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat
ukur Theodolit. Titik as kolom harus ditentukan secara akurat karena sangat
menentukan hasil pekerjaan selanjutnya. Jika terjadi kesalahan dalam penentuan
titik as, maka letak as kolom akan berubah dengan kolom dibawahnya atau
diatasnya.
b.
Pekerjaan
penulangan atau pembesian kolom
Langkah
pekerjaan pembuatan tulangan kolom adalah sebagai berikut:
1. Pembesian
atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau dikerjakan di
tempat lain yang lebih aman
2. Sebelum melakukan penulangan kolom kita terlebih dahulu
memilih besi yang akan kita gunakan sesuai gambar kerja (shop
drawing). Untuk ukuran
kolom adalah 110 x 110 cm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan sengkang D13
dengan jarak sengkang 10-15 cm.
3. Sebelum merakit tulangan kolom,
diawali dengan pemotongan menggunakan bar cutter. Pemotongan
tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom perlantai bangunan ditambah
dengan panjang penyaluran tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan.
Penyempitan bagian bawah tulangan sepanjang panjang penyaluran dilakukan untuk
memudahkan penyambungan tulangan kolom tiap lantai. dan pembengkokan besi menggunakan
bar bander.
4. Selanjutnya
adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu
dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur.
5. Selanjutnya
adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan sengkang
diikat oleh kawat dengan sistem silang.
6. Tulangan
selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut dengan menggunakan Tower
Crane ke lokasi yang akan dipasang.
7. Setelah
besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang beton deking sesuai
ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai selimut beton.
Gambar 3.18 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian
Kolom
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
c.
Pekerjaan
Bekisting Kolom
Bagian bagian bekisting kolom yang dikerjakan dalam pekerjaan ini antara
lain sebagai berikut:
1.
Penetapan
posisi as kolom dengan alat ukur theodolit.
2.
Pembuatan
tanda untuk sepatu kolom sesuai ukuran kolom yang telah direncanakan dengan menarik benang dibasahi dengan cet dan
kemudian ditarik dari ujung kolom.
3.
Pemasangan
sepatu kolom
4.
Memasang
dan melengkapi tulangan kolom. Termasuk beton decking pada sisi luar.
5.
Pasang
panel cetakan bekisting yang telah dilapisi minyak. Pasang penutup pada bagian
sudut pertemuan panel untuk mencegah terjadinya kebocaran.
6.
Cor
beton sesuai dengan ketinggian yang telah direncakan.
Gambar 3.19 Pekerjaan Bekisting
Kolom
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
d.
Pekerjaan
Pengecoran
Kolom
1.
Pengambilan
benda uji slump test dari truck mixer.
2.
Pengambilan
sampel beton silinder
sesuai dengan management mutu.
3.
Memeriksa
jumlah, letak, jarak, panjang penjangkaran, diameter tulangan, beton decking, dan kaki ayam harus sesuai
gambar rencana.
4.
Membersihkan
bekisting dan tulangan dari jenis sampah dan segala kotoran dengan
air
kompresor.
5.
Menuangkan
spesi beton kedalam bekisting kolom dengan Concrete
Backet dengan dibantu
dengan tenaga pengecor yang berdiri diatas Concrete
Backet.
6.
Setelah
bekisting kolom terisi penuh oleh spesi beton harus dikontrol kembali kelurusan
horizontal dengan 2 sisi yang berbeda menggunakan unting-unting
lalu mengukurnya menggunakan meter.
Gambar 3.20 Pengecoran Kolom
(Sumber: Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Mitra Medika)
e.
Pekerjaan
Pembongkaran Bekisting Kolom
Setelah pengecoran
selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting. Proses pembongkarannya
adalah sebagai berikut:
1. Setelah
beton berumur 5 hari, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar.
2. Pertama tama,
plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada plywood
dapat terlepas.
3. Kendorkan
push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
4. Kendorkan
baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga rangkaian/panel bekisting
terlepas.
5. Panel
bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat dengan
tower crane ke lokasi pabrikasi awal
f.
Pekerjaan
Perawatan Kolom
Dari hasil pengamatan
selama melaksanakan PKLI pekerjaan
perawatan dilakukan dengan cara membasahi kolom dengan air
agar tetap lembab. Gunanya yaitu untuk menghindari kehilangan air semen akibat
penguapan. Tidak banyak pekerjaan yang dilakukan, apabila ada beton yang
keropos maka perawatan yang dilakukan adalah menutup lubang-lubang pada beton
dengan memberikan acian atau campuran semen dan air untuk menutupi beton
tersebut.
2. Teknik Pelaksanaan Balok Dan Pembatasan
Sebelum menjelaskan
proses teknik pelaksanaan balok pada proyek pembangunan Rumah Sakit Mitra
Medika perlu diketahui bahwa pada pekerjaan balok dilalukan dengan sistem layer
atau sistem zona yang kemudian menyatukan semua zona menjadi satu bagian. Dalam
pelaksanaan PKLI ini penulis hanya memfokuskan proses pelaksanaan pekerjaan
balok pada lantai 1 zona 4.
Teknik pelaksanaan balok dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :
Gambar 3.21 Tahapan Pekerjaan Balok
a. Pekerjaan
Elevasi Balok
Pekerjaan ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan
kerataan ketinggian balok. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur
theodolithe. Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok :
1. Mengukur
setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi
kode pada kolom tersebut.
2. Kemudian
dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi kode elevasi 1,00m
dari dasar kolom.
3. Dari
kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi dasar
bekisting balok.
4. Kemudian
dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian balok sebagai
elevasi dasar bekisting plat lantai.
b.
Pekerjaan Bekisting Balok
Tahap pembekistingan
balok adalah sebagai berikut :
1. Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun
berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.
2. Memperhitungkan
ketinggian scaffolding balok
dengan mengatur
base jack atau U-head jack nya.
3. Pada U-head
dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace dan
diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.
4. Setelah itu, dipasang dinding bekisting
balok dan dikunci dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.
Gambar 3.22 Pemasangan Bekisting Balok
( Sumber: Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika)
c.
Pekerjaan Pembesian Balok
1.
Sebelum
melakukan penulangan besi kita terlebih dahulu memilih besi yang akan kita
gunakan.
Tabel 3.1 Data
Pembesian Balok
No
|
Nama
Balok
|
Ukuran
|
Tulangan
Pokok
|
Tulang
Sengkang
|
1
|
B2
|
30 x 60
|
D16
|
D10 – 20
|
2
|
B5A
|
40 x 60
|
D19
|
D10– 20
|
3
|
B8A
|
40 x 70
|
D19
|
D10– 15
|
2.
Pengukuran
Mengukur
tulangan balok menggunakan meter selanjutnya dipotong sesuai dengan daftar kebutuhan tulangan dengan
cermat dan teliti agar terhindar dari pemborosan.
3.
Pemotongan
dan Pembengkokan
Untuk balok, pemotongan dan
pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bander.
Pembesian balok ada dilakukan dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang
dirakit diatas bekisting yang sudah jadi
Gambar 3. 23 Pembengkokan Besi Dan Perakitan
( Sumber: Proyek Pembangunan
Rumah Sakit Mitra Medika)
4.
Perakitan
Perakitan pada tulangan balok didalam bekisting umumnya dikerjakan sebagai
berikut ..
a.
Pemasangan
tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode elevasi pada kolom.
Tidak lupa pula dengan memperhitungkan tebal selimut beton.
b.
Tulangan
atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan kolom. Sedangkan
sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu per satu dan diukur jarak tiap
sengkang.
c.
Pemasangan
tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada tumpuan lebih rapat
dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat dengan kawat bendrat. Pasang
beton decking pada bagian bawah serta samping untuk selimut beton.
Gambar 3.24 Perakitan Tulangan Balok
( Sumber: Proyek Pembangunan
Rumah Sakit Mitra Medika)
d. Pekerjaan
Pengecoran Balok
Pekerjaan pelaksanaan
pengecoran balok adalah sebagai berikut :
1. Setelah
ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak beaching plan untuk
mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan
2. Pembersihan
ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor sampai benar-benar
bersih
3. Pengambilan sampel dan tes uji slump test dari truck mixer yang diawasi oleh engineer dan
pihak pengawas
4. Setelah
dinyatakn OK, pengecoran siap dilaksanakan
5. Beton segar dari tangki truk
pengaduk beton dipindahkan ke Concrete
Backet, kemudian diangkat menggunakan tower crane lalu diarahkan ke lokasi
yang akan dilakukan pengecoran
6. Beton segar dituang pada tempat yang
ingin dicor, kemudian diratakan manual oleh pekerja dan dibantu dengan alat
getar (vibrator).
Gambar 3.25 Pengecoran Balok
( Sumber: Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika)
e.
Pembongkaran Bekisting
Pelepasan bekisting
balok dapat dilakukan setelah ±5 hari jika di atasnya tidak terdapat pekerjaan
yang menumpu pada struktur balok atau plat tersebut. Pelepasan dimulai dengan
mengendurkan jack base atau U-head jack pada susunan scaffolding penyangga bekisting
balok dan kolom. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balok kaso dan diakhiri
dengan pelepasan plywood yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanya
menggunakan alat linggis untuk mempermudah pengerjaannya.
f.
Perawatan Beton
Dari hasil
pengamatan selama melaksanakan PKLI pekerjaan
perawatan dilakukan dengan cara membasahi permukaan balok
dengan air agar tetap lembab. Gunanya yaitu untuk menghindari kehilangan air
semen akibat penguapan.
E.
Refleksi
1.
Kendala-Kendala Yang Terjadi Pada Proses Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi balok Dan Kolom Di Lapangan
Selama penulis melakukan kegiatan PKLI di Proyek Gedung Rumah Sakit Mitra
Medika. Penulis menemukan beberapa
kendala dilapangan yaitu antara lain:
a. Faktor
Keselamatan Kerja, pada proyek pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika ini kurang
diperhatikan perlengkapan P3K. Salah satu contoh yaitu pekerja yang terkena
paku, tetapi tidak ada P3K yang tersedia di proyek.
b. Efisiensi
Penggunaan Bahan pada proyek pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika, banyak
ditemukan material atau bahan yang terbuang sia-sia, Beberapa besi tulangan
yang tidak terpakai di lapangan juga tidak dikembalikan ke tempat fabrikasi,
akan tetapi dibiarkan begitu saja oleh pekerja.
c. Faktor
Pelaksanaan, Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal
pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan yang
kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar rencana.
Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain, terjadi kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan
pemasangan bekisting dinding. Pemasangan begesting dinding kurang sempurna
terjadi pada salah satu dinding lantai. Hal teknis yang menyebabkan hal itu
adalah kurang kuatnya begesting saat melakukan pengecoran yang menyebabkan
begesting dinding roboh.
2. Solusi
Yang Mungkin Dapat Mengatasi Kendala-Kendala Tersebut Menurut Penulis Dan
Pembimbing Di Lapangan.
Berikut solusi yang mungkin untuk mengatasi masalah
tersebut menurut penulis dan pelaksana sekaligus pembimbing di lapangan Proyek
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Mitra Medika seperti :
a. Faktor
Keselamatan Kerja, Pihak proyek sebaiknya menyediakan peralatan P3K untuk
pekerja yang bekerja di proyek tersebut, agar keselamatan para pekerja terjamin
untuk pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan kerja.
b. Efisiensi
Penggunaan Bahan, Pengawasan penggunaan bahan di lapangan harus lebih ketat
untuk menangani masalah efisiensi bahan ini. Sebenarnya jika semua komponen
pelaksana yang terlibat dapat bekerja sama dengan baik, hal ini tentu dapat
diminimalkan. Akan tetapi, para pekerja sering mengambil bahan bangunan yang
sebenarnya di lapangan masih ada, untuk menangani ini, pihak logistik harus
senantiasa mengawasi dan mencatat setiap bahan yang dipakai oleh pekerja di
lapangan.
c. Faktor
Pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan secara lembur harus dikurangi dan dilakukan
pada pekerjaan yang mendesak dan tidak bisa dihentikan sebelum pekerjaan
selesai dilaksanakan. Untuk pelaksanaan pekerjaan bekisting dan pengecoran harus
diperketat pengawasannya di lapangan.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari pengamatan penulis
selama melakukan PKLI di Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Mitra Medika.
Penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Bagian-bagian
dari struktur organisasi Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Mitra Medika,
belum berjalan maksimal tetapi untuk pekerjaan pelaksanaan dilapangan sudah
berjalan dengan baik.
2. Peralatan
yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi balok, dan kolom dimulai dari persiapan
hingga perawatan adalah :
a. Peralatan
alat berat berupa tower crane, dump truck, concrete mixer truck,
b. Peralatan
manual berupa pemotong baja (bar cutter), pembengkok baja (bar bander)),theodolith .
c. Peralatan
mesin berupa concrete vibrator
Ada
juga peralatan-peralatan tangan sebagai pendukung para tukang (pekerja).
3. Bahan
yang digunakan pada proyek khususnya pelaksanaan konstruksi balok dan kolom dimulai dari persiapan hingga perawatan adalah
beton ready mix, air, baja tulangan, kawat pengikat, kayu, papan multiplek,
paku, dan bahan tambahan (Sikagrout).
4. Untuk pekerjaan kolom memakai tulangan pokok D25
dan tulangan sengkang D13
dengan jarak sengkang 10-15 cm.
Untuk pekerjaan konstruksi balok
memakai tulangan sebagai berikut :
No
|
Nama
Balok
|
Ukuran
|
Tulangan
Pokok
|
Tulang
Sengkang
|
1
|
B2
|
30 x 60
|
D16
|
D10 – 20
|
2
|
B5A
|
40 x 60
|
D19
|
D10– 20
|
3
|
B8A
|
40 x 70
|
D19
|
D10– 15
|
B.
Saran
Beberapa saran yang
dikemukakan penulis setelah melaksanakan PKLI di
Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Mitra Medika adalah sebagai berikut:
1. Pada proses pengikatan antar tulangan kolom dan balok
harus benar kuat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Pada saat melakukan pengecoran agar sambil melakukan
pemadatan agar tidak menimbulkan keropos balok maupun kolom.
3. Kurangnya kesadaran para pekerja akan penting nya k-3
diproyek
4. Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu pemeriksaan
bekisting, agar pada saat proses pengecoran bekisting nya tidak rubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan
Standarisasi Nasional. 2002. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-2002). Jakarta, Indonesia.
Mulyono , Tri.
2003. Teknologi Beton. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Edward, G
Nawy, (1990). Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar. Bandung : PT. Refika Aditama.
Ervianto, Wulfram I., 2002. Manajemen
Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Yogyakarta.
Ervianto,
W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi revisi). Yogyakarta: Andi.
Gibson,
James. L, John M Ivancevich dan James H. Donnely, Jr 1992 “
Mujihartono,
Eko, dkk 2002. Manajemen Konstruksi, Universitas Diponegoro, Jurusan
Teknik
Sipil Fakultas Teknik, Semarang.
Mulyono , Tri.
2003. Teknologi Beton. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Organisasi
dan Manajemen” Penerbit Erlangga.
Rostiyanti
S.F., 2002, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Rineka Cipta, Jakarta.
No comments:
Post a Comment